Posted by : Cakpen
Jumat, 21 Februari 2014
Pendidikan formal di Indonesia mulai dikenal pada masa ini, pada awal masa penjajahan sampai tahun 1903 sekolah formal masih dikhususkan bagi warga Belanda di Hindia Belanda. Sekolah yang ada pada masa itu diantaranya ELS, HIS, HCS, MULO, AMS
ELS (singkatan dari bahasa Belanda: Europeesche Lagere School) adalah Sekolah Dasar pada zaman kolonial Belanda diIndonesia. ELS menggunakan Bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar.
Awalnya hanya terbuka bagi warga Belanda di Hindia Belanda. Sejak tahun 1903 kesempatan belajar juga diberikan kepada orang-orang pribumi yang mampu dan warga Tionghoa. Setelah beberapa tahun, pemerintah Belanda beranggapan bahwa hal ini ternyata berdampak negatif pada tingkat pendidikan di sekolah-sekolah HIS dan ELS maka kembali dikhususkan bagi warga Belanda saja.
Sekolah khusus bagi warga pribumi kemudian dibuka pada tahun 1907(yang pada tahun 1914 berganti nama menjadi (Hollandsch-Inlandsche School (HIS)), sementara sekolah bagi warga Tionghoa, Hollandsch-Chineesche School (HCS) dibuka pada tahun 1908.
Hollandsch-Inlandsche School (HIS) adalah sekolah pada zaman penjajahan Belanda. Pertama kali didirikan di Indonesia pada tahun1914 seiring dengan diberlakukannya Politik Etis. Sekolah ini ada pada jenjang Pendidikan Rendah (Lager Onderwijs) atau setingkat denganpendidikan dasar sekarang. HIS termasuk Sekolah Rendah dengan bahasa pengantar bahasa Belanda (Westersch Lager Onderwijs), dibedakan dengan Inlandsche School yang menggunakan bahasa daerah.
Sekolah ini diperuntukan bagi golongan penduduk keturunan Indonesia asli, sehingga disebut juga Sekolah Bumiputera Belanda. Pada umumnya disediakan untuk anak-anak dari golongan bangsawan, tokoh-tokoh terkemuka, atau pegawai negeri. Lama sekolahnya adalah tujuh tahun.
HCS atau Hollandsch-Chineesche School adalah sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda di Indonesia khususnya untuk anak-anak keturunan Tionghoa di Hindia Belanda saat itu. Sekolah-sekolah ini pertama kali didirikan di Jakarta pada1908, terutama untuk menandingi sekolah-sekolah berbahasa Mandarinyang didirikan oleh Tiong Hoa Hwee Koan sejak 1901 dan yang menarik banyak peminat.
Sebagai perbandingan, pada tahun 1915, sekolah-sekolah berbahasa Mandarin mempunyai 16.499 siswa, sementara sekolah-sekolah berbahasa Belanda hanya mempunyai 8.060 orang siswa. HCS menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantarnya.
MULO (singkatan dari bahasa Belanda: Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) adalah bagian dari sistem pendidikan zaman kolonialBelanda di Indonesia. Pada masa sekarang ini, MULO setara dengan SMP (Sekolah Menengah Pertama). Meer Uitgebreid Lager Onderwijs berarti ”Pendidikan Dasar Lebih Luas”. MULO menggunakan Bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar. Pada akhir tahun 30-an, sekolah-sekolah MULO sudah ada hampir di setiap ibu kota kabupaten di Jawa. Hanya beberapa kabupaten di luar Jawa yang mempunyai MULO.
AMS adalah singkatan dari bahasa Belanda Algeme(e)ne Middelbare School yang merupakan bagian dari sistem pendidikanzaman kolonial Belanda di Indonesia. AMS setara dengan SMA(Sekolah Menengah Atas) pada saat ini yakni pada jenjang sekolah lanjutan tingkat atas. AMS menggunakan pengantar bahasa Belanda dan pada tahun 1930-an, sekolah-sekolah AMS hanya ada di beberapa ibu kota provinsi Hindia Belanda yaitu Medan (Sumatera), Bandung (Jawa Barat), Semarang (Jawa Tengah), Surabaya (Jawa Timur), Makassar (Indonesia Timur). Selain itu AMS ada di Yogyakarta (Kasultanan Yogyakarta), Surakarta (Kasunanan Surakarta) dan beberapa kota Karesidenan seperti di Malang. Selain itu ada beberapa AMS Swasta yang dipersamakan dengan Negeri. Di provinsi Borneo (Kalimantan) belum ada AMS.